Jumat, 21 Agustus 2009

DESA KU YANG KUCINTA dalam kenangan Foto 2009 Agustus

Komentar dan izin penggunaan foto lewat: e-mail
arjowinangunpuring@gmail.com



Grumbul Desa Arjowinangun nampak dari kejauhan. Foto ini diambil dari Tepi utara Desa Purwosari. Terlihat juga hamparan areal persawahan Desa Purwosari




Nah ini adalah jalan menuju Desa Arjowinangun Kec. Puring dari arah selatan. Emang sih, jalannya udah beraspal, tapi lubang-lubang. ya, Alhamdulillah, dari pada dulu belum beraspal, mana kalo musim ujan pada jeblok semua.


Jalan ini dimanfaatin oleh para pedagang yang ingin pergi ke pasar Pagutan atau pasar pakiang yang berada di sebelah utara Desa Arjowinangun (sekitar 1 km lagi)







Tuh, kasian banget kan ?


Sebetulnya sungai, jembatan dan tangga menuju kali ini bukan milik Desa Arjowinangun, melainkan milik desa Purwosari. Tapi kan yang memanfaatkan sungai maupun jembatan ini kebnayakn warga Arjowinangun. Desa Arjowinangun ga' mau betulin karena bukan hak miliknya, sementara Desa Purwosari ga mau benerin karena sarana ini tidak pernah digunakan oleh warga Purwosari sendiri. Gimana, nich ?


Menurut Lurah Udin (Lebih bekennya: Lurah Garong. Ha ha ha Ojo Nesu yo Mas!) biar yang mbenerin dinas P.U. Tapi sampai saat ini Dinas P.U belum ada program dana buat nanganin masalah kecil-kecil kayak gini. "Mungkin ngenteni ambruk disit mbok, bruge!"






Nah inilah aktivitas sebagian penduduk Desa Arjowinangun ketika musim kemarau tiba (Lebih akrab dengan nama: Musim Sadon). Mereka membuat bata kemudian dibakar sendiri dengan kayu. Lihat cara penataan pembakaran Bata tersebut. Unik kan ?









Ini adalah salah satu jalan setapak di RT-RT Desa Arjowinangun. Namanya jalan Pelur atau jalan Cor. Jadi kalo pas musim penghujan tiba, ditanggung sandal-sandal warga tidak memberat karena belepotan tanah (lempung). Tapi kalo pas datang banjir kiriman, tiba-tiba jalan ini menjadi hilang keurug lumpur-lumpur bawaaan banjir. Ya, kepaksa deh dilakukan kembali pengecoran jalan (pelur). Coba bayangkan, jika tiap dua tahun sekali ada banjir, dan tiap sesudah banjir tersebut dilakukan pelapisan cor, maka jalan akan semakin meninggi, namun rumah akan terlihat semakin mblesek kebawah.


Banyak sekali rumah-rumah di Desa Arjowinangun yang kehilangan pondasinya. Pintu-pintu rumah banyak yang sejajar bahkan berada jauh di bawah lapisan tanah atau jalan.


Kondisi seperti ini diakibatkan oelh:


1. Peninggian atau pengurukan pekarangan dengan tanah-tanah yang diambil dari sawah (nglungka). tindakan nglunka dilakukan mnegingat Desa Arjowinangun selalu diterpa banjir, karena datarannya yang rendah, sehingga perlu peninggian dataran.


2. Lungka-lungka atau tanah-tanah yang diambil dari sawah kemudian ditaruh dipekarang tersebut, jika terkena hujan atau banjir akan hanyut dan menggenangi sekitar rumah. maka jadilah di sekitar rumah, tanah-tanah pekarang meninggi












nah, pada tahun 2004 sampai Foto ini diambil (2009) masyarakat Desa Arjowinangun sedang kemaruk ngingu sapi. Sebetulnya kegiatan ngingu Sapi sudah lama dilakukan warga Desa Arjowinangun ini, tapi baru tahun 2004, jumlah peternak sapi meningkat tajam. Ini adalah salah satu Foto peternak Sapi yang sedang membersihkan badan Sapi. Sapi dirawat baik tubuhnya, makanannya dan kandangnya. Kandang sapi harus bersih dan tidak boleh belepot dengan tlepong (Tahi sapi)












Ini adalah Foto jalan di depan Sekolah SD. Sekolah ini adalah satu-satunya SD di Desa Arjowinangun. Entah berapa ratus warga yang telah lulus dari SD ini. Berterima kasihlah kepada para guru-guru yang pernah mengajar di SD ini














Ini adalah Mesjid Jami' At-Taqwa. Mesjid Jami' adalah sebutan bagi mesjid yang digunakan untuk sholat Jum'at. dalam satu Desa biasanya hanya ada satu Mesjid Jami'. Kaum Muslimin harus menunjukkan kebersamaan dan persatuannya, sekalipun mereka berbeda-beda mazhab
kebersamaan ini ditunjukan dengan sholat jamaah Jum'at di Mesjid Jami'. Nama mesjid ini adalah: Mesjid Jami' At-Taqwa.


Dulu Mesjid ini memiliki seorang Imam Mesjid yang dihormati masyarakat Desa Arjowinangun.Namanya adalah K.H Hasbullah atau sering di namai Mbah Hasbullah. Dahulu ia seorang Lurah, namun karena ikut berperang dan ikut pula menjadi anggota AOI, posisi lurah dicabut oleh pemerintah. Kini Mbah Hasbullah telah wafat. Semoga Allah SWT memberikan tempat yang nyaman, sejuk, indah dan penuh rezeki di alam Barzakh/Kubur sana. bagi kaum Muslimin Mbah Hasbullah adalah seorang Pahlawan. Membela Islam dari kaum penjajah.












Di Depan Mesjid Jami' At-Taqwa terdapat sebuah bangunan baru. Nama bangunan tersebut adalah Madrasah Diniyah, yang digunakan untuk Kegiatan Belajar Mengajar anak-anak Desa Arjowinangun. Selain di ajari TPA (Iqra' dan Al-Qur'an) mereka juga mendapat pelajaran Fiqh, Sejarah Nabi-Sahabat dan Tabi'in, dan hadis. Kegiatan ini dilakukan pada sore hari. Jadi para anak-anak warga Desa Arjowinangun jika pagi mereka sekolah SD, sore hari mereka belajar di Diniyah, malam hari mereka mengaji di rumah-rumah atau langgar-langgar para Kyai. Betul-betul sebuah Desa dengan nuansa Islami. PERTAHANKANLAH !
















SD negeri Arjowinangun (Di foto pada bulan Agustus 2009)






Dilarang mengcopy atau mempublikasikan foto-foto ini. Foto-foto ini ada yang punya, jadi minta izin dulu, ya. Saya takut kalo foto-foto ini digunakan untuk kepentingan yang tidak baik. Cara ijinnya adalah kirim e-mail ke alamat blog ini atau kirim komentar. Makasih




1 komentar: